Arabic Korean Japanese Chinese Simplified Russian Portuguese
English French German Spain Italian Dutch
ANDA BUTUH SEPATU STANDAR TNI 150 RIBU/NEGO,BERBAGAI MACAM KAOS/TRAINING SUIT,BERMACAM TAS OUTDOOR MURAH KUAT Call me 0812-9441501/militerinfo@gmail.com
SELAMAT DATANG TEMAN TEMAN DI " INFO MILITER "SILAHKAN ISI BUKU TAMU ,TENG KYU

WELCOME 2 INFO MILITER

SELAMAT DATANG PARA BLOGER ATAWA YANG SEMPET MAMPIR ATO KESASAR,MAKASIH BANYAK ATAS NYA...JANGAN LUPA ISI BUKU TAMU FREN...THK

MENURUT ANDA,TNI (Tamtama & Bintara)SUDAH SEJAHTERA DARI PANDANGAN SEBUAH NEGARA ?

Jumat, 12 November 2010

OPERASI TRI KORA

OPERASI TRIKORA


Tanggal 19 Desember 1961 - 15 Agustus 1962

Lokasi Papua bagian barat

Hasil Papua bagian barat digabungkan kepada Indonesia.
Casus belli
Indonesia dan Belanda memperebutkan daerah Papua bagian barat


Pihak yang terlibat
Indonesia dan Belanda

Komandan
Soekarno/Soeharto

Kekuatan
Tidak diketahui Tidak diketahui
Jumlah korban
Tidak diketahui Tidak diketahui
• Operasi Trikora, juga disebut Pembebasan Irian Barat, adalah konflik dua tahun yang dilancarkan Indonesia untuk menggabungkan wilayah Papua bagian barat. Pada tanggal 19 Desember 1961, Presiden Indonesia Soekarno mengumumkan pelaksanaan Trikora di Alun-alun Utara Yogyakarta. Soekarno juga membentuk Komando Mandala. Mayor Jenderal Soeharto diangkat sebagai panglima. Tugas komando ini adalah merencanakan, mempersiapkan, dan menyelenggarakan operasi militer untuk menggabungkan Papua bagian barat dengan Indonesia.
Latar belakang
Ketika Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945, Indonesia mengklaim seluruh wilayah Hindia Belanda, termasuk wilayah barat Pulau Papua. Namun demikian, pihak Belanda menganggap wilayah itu masih menjadi salah satu provinsi Kerajaan Belanda, . Pemerintah Belanda kemudian memulai persiapan untuk menjadikan Papua negara merdeka selambat-lambatnya pada tahun 1970-an. Namun pemerintah Indonesia menentang hal ini dan Papua menjadi daerah yang diperebutkan antara Indonesia dan Belanda. Hal ini kemudian dibicarakan dalam beberapa pertemuan dan dalam berbagai forum internasional. Dalam Konferensi Meja Bundar tahun 1949, Belanda dan Indonesia tidak berhasil mencapai keputusan mengenai Papua bagian barat, namun setuju bahwa hal ini akan dibicarakan kembali dalam jangka waktu satu tahun.
Pada bulan Desember 1950, PBB memutuskan bahwa Papua bagian barat memiliki hak merdeka sesuai dengan pasal 73e Piagam PBB Karena Indonesia mengklaim Papua bagian barat sebagai daerahnya, Belanda mengundang Indonesia ke Mahkamah Internasional untuk menyelesaikan masalah ini, namun Indonesia menolak. Setelah Indonesia beberapa kali menyerang Papua bagian barat, Belanda mempercepat program pendidikan di Papua bagian barat untuk persiapan kemerdekaan. Hasilnya antara lain adalah sebuah akademi angkatan laut yang berdiri pada 1956 dan tentara Papua pada 1957. Sebagai kelanjutan, pada 17 Agustus 1956 Indonesia membentuk Provinsi Irian Barat dengan ibukota di Soasiu yang berada di Pulau Tidore, dengan gubernur pertamanya, Zainal Abidin Syah yang dilantik pada tanggal 23 September 1956.Pada tanggal 6 Maret 1959, harian New York Times melaporkan penemuan emas oleh pemerintah Belanda di dekat laut Arafura. Pada tahun 1960, Freeport Sulphur menandatangani perjanjian dengan Perserikatan Perusahaan Borneo Timur untuk mendirikan tambang tembaga di Timika, namun tidak menyebut kandungan emas ataupun tembaga.
KRI Irian, Penjelajah kelas Sverdlov Indonesia mulai mencari bantuan senjata dari luar negeri menjelang terjadinya konflik antara Indonesia dan Belanda. Indonesia mencoba meminta bantuan dari Amerika Serikat, namun gagal. Akhirnya, pada bulan Desember 1960, Jendral A. H. Nasution pergi ke Moskwa, Uni Soviet, dan akhirnya berhasil mengadakan perjanjian jual-beli senjata dengan pemerintah Uni Soviet senilai 2,5 miliar dollar Amerika dengan persyaratan pembayaran jangka panjang. Setelah pembelian ini, TNI mengklaim bahwa Indonesia memiliki angkatan udara terkuat di belahan bumi selatan. Amerika Serikat tidak mendukung penyerahan Papua bagian barat ke Indonesia karena Bureau of European Affairs di Washington, DC menganggap hal ini akan "menggantikan penjajahan oleh kulit putih dengan penjajahan oleh kulit coklat". Tapi pada bulan April 1961, Robert Komer dan McGeorge Bundy mulai mempersiapkan rencana agar PBB memberi kesan bahwa penyerahan kepada Indonesia terjadi secara legal. Walaupun ragu, presiden John F. Kennedy akhirnya mendukung hal ini karena iklim Perang Dingin saat itu dan kekhawatiran bahwa Indonesia akan meminta pertolongan pihak komunis Soviet bila tidak mendapat dukungan AS.
Indonesia membeli berbagai macam peralatan militer, antara lain 41 Helikopter MI-4 (angkutan ringan), 9 Helikopter MI-6 (angkutan berat), 30 pesawat jet MiG-15, 49 pesawat buru sergap MiG-17, 10 pesawat buru sergap MiG-19 ,20 pesawat pemburu supersonik MiG-21, 12 Kapal selam kelas Whiskey, puluhan korvet dan 1 buah Kapal penjelajah kelas Sverdlov (yang diberi nama sesuai dengan wilayah target operasi, yaitu KRI Irian). Dari jenis pesawat pengebom, terdapat sejumlah 22 pesawat pembom ringan Ilyushin Il-28, 14 pesawat pembom jarak jauh TU-16, dan 12 pesawat TU-16 versi maritim yang dilengkapi dengan persenjataan peluru kendali anti kapal (rudal) air to surface jenis AS-1 Kennel. Sementara dari jenis pesawat angkut terdapat 26 pesawat angkut ringan jenis IL-14 dan AQvia-14, 6 pesawat angkut berat jenis Antonov An-12B buatan Uni Soviet dan 10 pesawat angkut berat jenis C-130 Hercules buatan Amerika Serikat. Indonesia mendekati negara-negara seperti India, Pakistan, Australia, Selandia Baru, Thailand, Britania Raya, Jerman, dan Perancis agar mereka tidak memberi dukungan kepada Belanda jika pecah perang antara Indonesia dan Belanda. Dalam Sidang Umum PBB tahun 1961, Sekjen PBB U Thant meminta Ellsworth Bunker, diplomat dari Amerika Serikat, untuk mengajukan usul tentang penyelesaian masalah status Papua bagian barat. Bunker mengusulkan agar Belanda menyerahkan Papua bagian barat kepada Indonesia melalui PBB dalam jangka waktu dua tahun.
Ekonomi
Pada tanggal 27 Desember 1958, presiden Soekarno mengeluarkan UU nomor 86 tahun 1958 yang memerintahkan dinasionalisasikannya semua perusahaan Belanda di Indonesia. Perusahaan-perusahaan yang dinasionalisasi seperti:
1. Perusahaan Perkebunan
2. Netherlansche Handels Mattscapij
3. Perusahaan Listrik
4. Perusahaan Perminyakan
5. Rumah Sakit (CBZ) manjadi RSCM
Dan kebijakan-kebijakan lain seperti:
1. Memindahkan pesar pelelangan tembakau Indonesia ke Bremen (Jerman Barat)
2. Aksi mogok buruh perusahaan Belanda di Indonesia
3. Melarang KLM (maskapai penerbangan Belanda) melintas di wilayah Indonesia
4. Melarang pemutaran film-film berbahasa Belanda
Konflik bersenjata
Soekarno, Presiden Indonesia yang mencetuskan TrikoraSoekarno membentuk Komando Mandala, dengan Mayjen Soeharto sebagai Panglima Komando. Tugas komando Mandala adalah untuk merencanakan, mempersiapkan, dan menyelenggarakan operasi militer untuk menggabungkan Papua bagian barat dengan Indonesia. Belanda mengirimkan kapal induk Hr. Ms. Karel Doorman ke Papua bagian barat. Angkatan Laut Belanda (Koninklijke Marine) menjadi tulang punggung pertahanan di perairan Papua bagian barat, dan sampai tahun 1950, unsur-unsur pertahanan Papua Barat terdiri dari:
• Koninklijke Marine (Angkatan Laut Kerajaan Belanda)
• Korps Mariniers
• Marine Luchtvaartdienst
Keadaan ini berubah sejak tahun 1958, di mana kekuatan militer Belanda terus bertambah dengan kesatuan dari Koninklijke Landmacht (Angkatan Darat Belanda) dan Marine Luchtvaartdienst. Selain itu, batalyon infantri 6 Angkatan Darat merupakan bagian dari Resimen Infantri Oranje Gelderland yang terdiri dari 3 Batalyon yang ditempatkan di Sorong, Fakfak, Merauke, Kaimana, dan Teminabuan.[2]
Operasi-operasi Indonesia
Sebuah operasi rahasia dijalankan untuk menyusupkan sukarelawan ke Papua bagian barat. Walaupun Trikora telah dikeluarkan, namun misi itu dilaksanakan sendiri-sendiri dalam misi tertentu dan bukan dalam operasi bangunan.Hampir semua kekuatan yang dilibatkan dalam Operasi Trikora sama sekali belum siap, bahkan semua kekuatan udara masih tetap di Pulau Jawa. Walaupun begitu, TNI Angkatan Darat lebih dulu melakukan penyusupan sukarelawan, dengan meminta bantuan TNI Angkatan Laut untuk mengangkut pasukannya menuju pantai Papua bagian barat, dan juga meminta bantuan TNI Angkatan Udara untuk mengirim 2 pesawat Hercules untuk mengangkut pasukan menuju target yang ditentukan oleh TNI AL.Misi itu sangat rahasia, sehingga hanya ada beberapa petinggi di markas besar TNI AU yang mengetahui tentang misi ini. Walaupun misi ini sebenarnya tidaklah rumit, TNI AU hanya bertugas untuk mengangkut pasukan dengan pesawat Hercules, hal lainnya tidak menjadi tanggung jawab TNI AU.Kepolisian Republik Indonesia juga menyiapkan pasukan Brigade Mobil yang tersusun dalam beberapa resimen tim pertempuran (RTP). Beberapa RTP Brimob ini digelar di kepulauan Ambon sebagai persiapan menyerbu ke Papua bagian barat. Sementara itu Resimen Pelopor (unit parakomando Brimob) yang dipimpin Inspektur Tingkat I Anton Soedjarwo disiagakan di Pulau Gorom. Satu tim Menpor kemudian berhasil menyusup ke Papua bagian barat melalui laut dengan mendarat di Fakfak. Tim Menpor ini terus masuk jauh ke pedalaman Papua bagian barat melakukan sabotase dan penghancuran objek-objek vital milik Belanda.Pada tanggal 12 Januari 1962, pasukan berhasil didaratkan di Letfuan. Pesawat Hercules kembali ke pangkalan. Namun, pada tanggal 18 Januari 1962, pimpinan angkatan lain melapor ke Soekarno bahwa karena tidak ada perlindungan dari TNI AU, sebuah operasi menjadi gagal.
Pertempuran laut Aru
Komodor Yos Sudarso yang tenggelam di Laut Aru pada saat terjadinya Pertempuran Laut Aru.Pertempuran Laut Aru pecah pada tanggal 15 Januari 1962, ketika 3 kapal milik Indonesia yaitu KRI Macan Kumbang, KRI Macan Tutul yang membawa Komodor Yos Sudarso, dan KRI Harimau yang dinaiki Kolonel Sudomo, Kolonel Mursyid, dan Kapten Tondomulyo, berpatroli pada posisi 04-49° LS dan 135-02° BT. Menjelang pukul 21.00, Kolonel Mursyid melihat tanda di radar bahwa di depan lintasan 3 kapal itu, terdapat 2 kapal di sebelah kanan dan sebelah kiri. Tanda itu tidak bergerak, dimana berarti kapal itu sedang berhenti. 3 KRI melanjutkan laju mereka, tiba-tiba suara pesawat jenis Neptune yang sedang mendekat terdengar dan menghujani KRI itu dengan bom dan peluru yang tergantung pada parasut. Kapal Belanda menembakan tembakan peringatan yang jatuh di dekat KRI Harimau. Kolonel Sudomo memerintahkan untuk memberikan tembakan balasan, namun tidak mengenai sasaran. Akhirnya, Yos Sudarso memerintahkan untuk mundur, namun kendali KRI Macan Tutul macet, sehingga kapal itu terus membelok ke kanan. Kapal Belanda mengira itu merupakan manuver berputar untuk menyerang, sehingga kapal itu langsung menembaki KRI Macan Tutul. Komodor Yos Sudarso gugur pada pertempuran ini setelah menyerukan pesan terakhirnya yang terkenal, "Kobarkan semangat pertempuran".
Operasi penerjunan penerbang Indonesia
Pasukan Indonesia dibawah pimpinan Mayjen Soeharto melakukan operasi infiltrasi udara dengan menerjunkan penerbang menembus radar Belanda. Mereka diterjunkan di daerah pedalaman Papua bagian barat. Penerjunan tersebut menggunakan pesawat angkut Indonesia, namun, operasi ini hanya mengandalkan faktor pendadakan, sehingga operasi ini dilakukan pada malam hari. Penerjunan itu pada awalnya dilaksanakan dengan menggunakan pesawat angkut ringan C-47 Dakota yang kapasitas 18 penerjun, namun karena keterbatasan kemampuannya, penerjunan itu dapat dicegat oleh pesawat pemburu Neptune Belanda.Pada tanggal 19 Mei 1962, sekitar 81 penerjun payung terbang dari Bandar Udara Pattimura, Ambon, dengan menaiki pesawat Hercules menuju daerah sekitar Kota Teminabuan untuk melakukan penerjunan. Saat persiapan keberangkatan, komandan pasukan menyampaikan bahwa mereka akan diterjunkan di sebuah perkebunan teh, selain itu juga disampaikan sandi-sandi panggilan, kode pengenal teman, dan lokasi titik kumpul, lalu mengadakan pemeriksaan kelengkapan perlengkapan anggotanya sebelum masuk ke pesawat Hercules. Pada pukul 03.30 WIT, pesawat Hercules yang dikemudikan Mayor Udara T.Z. Abidin terbang menuju daerah Teminabuan.Dalam waktu tidak lebih dari 1 menit, proses pendaratan 81 penerjun payung selesai dan pesawat Hercules segera meninggalkan daerah Teminabuan. Keempat mesin Allison T56A-15 C-130B Hercules terbang menanjak untuk mencapai ketinggian yang tidak dapat dicapai oleh pesawat Neptune milik Belanda.TNI Angkatan Laut kemudian mempersiapkan Operasi Jayawijaya yang merupakan operasi amfibi terbesar dalam sejarah operasi militer Indonesia. Lebih dari 100 kapal perang dan 16.000 prajurit disiapkan dalam operasi tersebut
Akhir dari konflik
Karena kekhawatiran bahwa pihak komunis akan mengambil keuntungan dalam konfik ini, Amerika Serikat mendesak Belanda untuk berunding dengan Indonesia. Karena usaha ini, tercapailah persetujuan New York pada tanggal 15 Agustus 1962. Pemerintah Australia yang awalnya mendukung kemerdekaan Papua juga mengubah pendiriannya dan mendukung penggabungan dengan Indonesia atas desakan AS.
Persetujuan New York
Pada tanggal 15 Agustus 1962, perundingan antara Indonesia dan Belanda dilaksanakan di Markas Besar PBB di New York. Pada perundingan itu, Indonesia diwakili oleh Soebandrio, dan Belanda diwakili oleh Jan Herman van Roijen dan C.W.A. Schurmann. Isi dari Persetujuan New York adalah:
• Belanda akan menyerahkan pemerintahan Papua bagian barat kepada United Nations Temporary Executive Authority (UNTEA), yang didirikan oleh Sekretaris Jenderal PBB. UNTEA kemudian akan menyerahkan pemerintahan kepada Indonesia.
• Bendera PBB akan dikibarkan selama masa peralihan.
• Pengibaran bendera Indonesia dan Belanda akan diatur oleh perjanjian antara Sekretaris Jenderal PBB dan masing-masing pemerintah.
• UNTEA akan membantu polisi Papua dalam menangani keamanan. Tentara Belanda dan Indonesia berada di bawah Sekjen PBB dalam masa peralihan.
• Indonesia, dengan bantuan PBB, akan memberikan kesempatan bagi penduduk Papua bagian barat untuk mengambil keputusan secara bebas melalui
1. musyawarah dengan perwakilan penduduk Papua bagian barat
2. penetapan tanggal penentuan pendapat
3. perumusan pertanyaan dalam penentuan pendapat mengenai kehendak penduduk Papua untuk
 tetap bergabung dengan Indonesia; atau
 memisahkan diri dari Indonesia
4. hak semua penduduk dewasa, laki-laki dan perempuan, untuk ikut serta dalam penentuan pendapat yang akan diadakan sesuai dengan standar internasional
• Penentuan pendapat akan diadakan sebelum akhir tahun 1969.
Pada tanggal 1 Mei 1963, UNTEA menyerahkan pemerintahan Papua bagian barat kepada Indonesia. Ibukota Hollandia dinamai Kota Baru dan pada 5 September 1963, Papua bagian barat dinyatakan sebagai "daerah karantina". Pemerintah Indonesia membubarkan Dewan Papua dan melarang bendera Papua dan lagu kebangsaan Papua. Keputusan ini ditentang oleh banyak pihak di Papua, dan melahirkan Organisasi Papua Merdeka atau OPM pada 1965. Untuk meredam gerakan ini, dilaporkan bahwa pemerintah Indonesia melakukan berbagai tindakan pembunuhan, penahanan, penyiksaan, dan pemboman udara. Menurut Amnesty International, lebih dari 100.000 orang Papua telah tewas dalam kekerasan ini. OPM sendiri juga memiliki tentara dan telah melakukan berbagai tindakan kekerasan.
Penentuan Pendapat Rakyat
Pada tahun 1969, diselenggarakan Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) yang diatur oleh Jenderal Sarwo Edhi Wibowo. Menurut anggota OPM Moses Werror, beberapa minggu sebelum Pepera, angkatan bersenjata Indonesia menangkap para pemimpin rakyat Papua dan mencoba membujuk mereka dengan cara sogokan dan ancaman untuk memilih penggabungan dengan Indonesia.Pepera ini disaksikan oleh dua utusan PBB, namun mereka meninggalkan Papua setelah 200 suara (dari 1054) untuk integrasi.[9] Hasil PEPERA adalah Papua bergabung dengan Indonesia, namun keputusan ini dicurigai oleh Organisasi Papua Merdeka dan berbagai pengamat independen lainnya. Walaupun demikian, Amerika Serikat, yang tidak ingin Indonesia bergabung dengan pihak komunis Uni Soviet, mendukung hasil ini, dan Papua bagian barat menjadi provinsi ke-26 Indonesia, dengan nama Irian Jaya.
Setelah penggabungan

Patung di Jakarta untuk merayakan "pembebasan" Papua barat.Setelah Papua bagian barat digabungkan dengan Indonesia sebagai Irian Jaya, Indonesia mengambil posisi sebagai berikut:

1. Papua bagian barat telah menjadi daerah Republik Indonesia sejak 17 Agustus 1945 namun masih dipegang oleh Belanda
2. Belanda berjanji menyerahkan Papua bagian barat kepada Indonesia dalam Konferensi Meja Bundar
3. penggabungan Papua bagian barat dengan Indonesia adalah tindakan merebut kembali daerah Indonesia yang dikuasai Belanda
4. penggabungan Papua bagian barat dengan Indonesia adalah kehendak rakyat Papua.
Hal ini diajarkan di sekolah dan ditulis dalam buku teks sejarah nasional.Setelah Jendral Soeharto menjadi Presiden Indonesia, Freeport Sulphur adalah perusahaan asing pertama yang diberi ijin tambang dengan jangka waktu 30 tahun mulai dari tahun 1981 (walaupun tambang ini telah beroperasi sejak tahun 1972), dan kontrak ini diperpanjang pada tahun 1991 sampai tahun 2041. Setelah pembukaan tambang Grasberg pada tahun 1988, tambang ini menjadi tambang emas terbesar di dunia. Penduduk setempat dengan bantuan Organisasi Papua Merdeka memprotes berbagai tindakan pencemaran lingkungan hidup dan pelanggaran Hak Asasi Manusia yang dilakukan Freeport dan pemerintah Indonesia dengan berbagai cara, termasuk peledakan pipa gas dan penculikan beberapa pegawai Freeport dari Eropa dan Indonesia pada tahun 1996. Dalam kejadian ini dua tawanan dibunuh dan sisanya dibebaskan.Pada tahun 1980-an, Indonesia memulai gerakan transmigrasi, di mana puluhan ribu orang dari pulau Jawa dan Sumatera dipindahkan ke provinsi Irian Jaya dalam jangka waktu 10 tahun. Penentang program ini mencurigai usaha Indonesia untuk mendominasi provinsi Irian Jaya dengan cara memasukkan pengaruh pemerintah pusat.[10][11][12] Pada tahun 2000, presiden Abdurrahman Wahid memberi otonomi khusus kepada provinsi Papua untuk meredam usaha separatis. Provinsi ini kemudian dibagi dua menjadi provinsi Papua dan Irian Jaya Barat (sekarang Papua Barat) melalui instruksi Presiden Megawati Soekarnoputri pada tahun 2001.


Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

TERMINOLOGI MILITER/ENGLISH VERSION

MILITARY TERMINOLOGY ON COMMUNICATION



1. General. A reliable, robust and flexible communication network is the basic requirement for any military mission. The military communications encompasses all means of communication media such as VHF,HF/UHF radio, microwave links, optical fiber connectivity and satellite-based communication. All operations in the mission area generally revolve around good and reliable communications which provide flexibility in operation. Hence the importance of communications in support of the troops involved in the military operations needs no further elaboration.


2. Voice Procedure. These instructions apply to all users of radio operators, including those on the battalion nets. The language used on all radio nets is the operational language only, excluding battalion nets.
The following general rules apply whenever the radio is used :

a. Unofficial and unnecessary conversation will be avoided; this includes the use of please, thank you, how are you, etc.

b. Be brief put precise; leave out all unnecessary words without losing the meaning of the message;

c. THINK BEFORE YOU SPEAK. Avoid the use of “um” and “ah”; if you do not know what you want to say, don’t transmit;

d. Speak in short complete phrases that make sense, not word by word;

e. A medium speed of speech is the most effective; do not speak too quickly or too slowly;

f. Speak into the mike in an ordinary voice, neither shouting nor whispering; talk directly into the mike, keeping it a short distance from your mouth;

g. Speak clearly, taking care in pronunciation.



3. Phonetic Alphabet/Numbers. Because letters and numbers from a significant part of many military conversations and because geographic/regional accents can cause misunderstanding and errors when communication conditions are poor, the following phonetic alphabet and number pronunciation has been devised and is in use internationally.


PHONETIC ALPHABET


A – Alpha F – Foxtrot K – Kilo P – Papa U – Uniform Z – Zulu
B – Bravo G – Golf L – Lima Q – Quebec V – Victor
C – Charlie H – Hotel M – Mike R – Radio W – Whiskey
D – Delta I – India N – November S – Sierra X – X-Ray
E – Echo J – Juliet O – Oscar T – Tango Y – Yankee


1 – Wun 2 – Too 3 – Tree 4 – Fow-er 5 – Five 6 – Six
7 – Sev-en 8 – Aite 9 – Nin-er 0 – Ze-ro

Signal Strength and Readability

In answer to the pro-word “Radio Check” only the following are to be used:

Signal Strength Readability
Loud Clear
Good Readable
Weak Unreadable
Very Weak Distorted
Fading With interference

If the station requesting a Radio Check is loud and clear, the proper reply is A Roger.

eg. ZERO FROM ONE – RADIO CHECK – OVER
ZERO - ROGER – OVER
ONE – ROGER – OUT





Pro – Words

A pro-word is a word or phrase which has been given a special meaning in order to speed up the handling of message. The following pro-words are the only pro-words authorized for use on radio nets:

PRO-WORD MEANING

All after the portion of the message to which I am referring is all that
which follows.

All before the portion of the message to which I am referring is all that
which precedes.

AMR Approximate Map Reference.

Break I hereby indicate the separation of the text from other portion
of the message.

Call Sign the group that follows is call sign.

Correct you are correct or what you have transmitted is correct.

Correction an error has been made in transmission. Transmission will
continue with the last word correctly transmitted.

Disregard this
Transmission-out this transmission is in error. Disregard it (this proword shall not be used to cancel any message that has been completely and for which receipt or acknowledgement has been).

Exempt the addressees immediately following are exempted from the
collective call.

Fetch used to arrange a conversation with an individual. Bring
a certain person to the radio.

Figures numbers follow.

Flash precedence FLASH. Reserved for initial enemy contact reports on special emergency operational combat traffic originated by specifically designated high commanders of units directly affected.

From this transmission is from call sign…

Groups this message contains the number of groups indicated.

Info the addressees immediately following are addressed for information.

I Read Back I will say what I have received from you (used as an answer to
Read Back only).

I Say Again I am repeating what I have transmitted before.

I Spell phonetic letters follow.

I Verify that which follows has been verified with the originator at your
request and is repeated. Used as a reply to Verify.

Long Message a message that will take longer than 30 seconds to
transmit is about to follow.

Message a message which requires recording is about to follow.

More to Follow more text of the same message yet to come.

No no (do not use negative).

Out this is the end of my transmission to you and no answer is required or expected (since OVER and OUT have opposite
meaning, they are never used together).

Over I am finished so far; a reply is needed.

Priority precedence PRIORITY. Reserved for important message which must have precedence over routine traffic. This is the highest precedence which normally may be assigned to a message of nature.

Read Back repeat my entire transmission to me as you have received it.

Replay to pass the following message to.

Roger message received and understood.

Routine precedence ROUTINE. Reserved for all types of messages
which are not sufficient urgency to justify a higher precedence, but must be delivered to the addressee without delay.

Say Again repeat all of your last transmission.

Service the message that follows is a service message.

Silence “cease transmission immediately”. Silence will be maintained until lifted (transmission imposing silence must be authenticated).

Silence Lifted silence is lifted when an authentication system is in force, the transmission lifting silence is to be authenticated).

Speak Slower your transmission is too fast a speed. Reduce speed of Transmission.

This is this transmission is from the station whose designator immediately follows.

Time that which immediately follows is the time or date/time group of the message.

To the addressees immediately following are addressed for action.

Unknown Station I do not know the identity of the station calling me.

Verify verify the entire message (or portion indicated) with the originator and send the correct version.

Wait I must pause for a few seconds.

Wait-Out I must pause for longer than a few seconds.

Wilco I have received the message, understand it, and will personally comply with its instructions.

Words After The words of the message to which I refer are those which follow.

Word Before The word of the message to which I refer is that which precedes.

Word Twice Communication is difficult. Say each phrase twice. This pro-word may be a request or to inform the other station that you are saying all words twice.

Wrong your last transmission was incorrect. The correct version is..

Yes, No self-explanatory.

The following pro-word are incorrect and their use is to be avoided :

Affirmative, Negative (if in place of “yes” or “no”).

Roger, Wilco (as a combination).

Over and Out (as a combination).

Repeat (if an place of “Say Again”).



GLOSSARY

antenna - a device used to radiate or receive electromagnetic energy.
The type of antenna being used affects the range of the radio equipment.

authentication - a security measure designated to protect a communication system against fraudulent message by establishing the validity of a transmission, message, or originator.
We use authentication to guarantee that the sending station is friendly.

breakage - the action of or instance of breaking.
Enemy artillery may cause breakage of wire lines.

intercept - to listen to, observe and/or record signals intended for another party for the purpose of obtaining intelligence.
The enemy may intercept and respond to our visual signal.

interference - any undesired signal that tends to obstruct the desired signal.
Enemy interference prevented reception of the message.

jamming - the deliberate radiation, reradiation, or reflection of electromagnetic energy for the purpose of disrupting enemy use of electromagnetic devices, equipment, or systems; deliberate interference intended to prevent reception of signals in a specific frequency band.
By using anti-jamming techniques, you can reduce the effects of enemy jamming.

network - an organization of terminals capable of communication with each other for a common purpose; a system consisting of a number of designated station connected with one another by any means of communication.

A wire network is more secure than a radio network.

panel makers - large rectangular pieces of cloth or wood used as symbols in communications.
When your radio equipment is inoperable, use panel markers.

power lines - cables through which electricity flows.
Electromagnetic energy from power lines may interfere with radio signals.

prosign - procedure sign; letters, numbers and letters that have a coded meaning when combined.
Prosign are used to facilitate rapid communication.

proword - procedural word; a word or phrase used to facilitate communications by conveying information in condensed standard form.
Prowords are used in military communication to keep transmissions as short and clear as possible.

pyrotechnics - use of fireworks as signals.
Tonight, we will use pyrotechnics to signal our rescue aircraft.

radiotelephone - equipment for carrying on wireless telephony by radio waves.
One soldier is assigned to carry the radiotelephone.

secure - protected against access by unauthorized personnel, as a secure line or network for communication of classified information.
All radio transmissions should be sent on a secure line.

sigint - signal intelligence.
SIGINT results from collecting, locating, processing, analyzing, and reporting intercepted communications signals, and radiation from electronic sources.

site - place; location.
Selecting the best site for your radio will insure more reliable communications.

squelch - a control that silences background noise in a radio so that signals above the background can be heard.
If the squelch is not set properly, background noise will be heard.

static - sharp, short bursts of noise on a radio receiver caused by natural or man-made electrical disturbances.
Our radio reception was poor because of the static.

terrain - piece of land; ground.
Laying wires over hilly and mountainous terrain is difficult.

transmissions - the passage of radio waves in space between transmitting and receiving stations; signals transmitted.
Your radio transmissions may be monitored by the enemy.


Sumber :DEPHAN RI

AQ ADALAH.........PHOTO

SEPATU STANDART TNI....150 RIBU/NEGO ......OK
www.blackhawk.comBUNUHKORUPTOR@GMAIL.COM/0812-9441501/021-78844442